Radio Rodja 756AM

News Updates :

Biografi Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu

Sabtu, 27 Juli 2013

Ini adalah cuplikan dari kehidupan seorang tokoh terkemuka umat ini, dan seorang pahlawan. Dia adalah seorang shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia. Kita akan berusaha memetik beberapa pelajaran penting dan ibroh dari perjalanan kehidupannya. Shahabat yang satu ini lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak kecil.. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa 'alaihimas salam, hanya saja tidak ada nabi setelahku”.1

Dan beliau juga bersabda: Tidaklah orang yang mencintai kecuali dia sebagai orang yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang munafiq”.2

Dia telah mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali perang Tabuk, dia terkenal dalam ketangguhan dalam menunggang kuda dan keberanian, dia salah seorang yang diberi kabar gembira untuk memasuki surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah kesatria umat Islam ini, amirul Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai anak dari paman beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan suami dari putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Fathimah ra. Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, berbadan besar, berwajah tampan, dan kunyahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.3

Shahabat yang satu ini memiliki memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama ini. Di antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Uhud.
Di antara bukti kepahlawanannya adalah apa yang tampak jelas pada perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, di mana orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal suku Quraisy, dia dengna bertopeng besai berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding. Dia berkata: Dimanakah surga yang kalian yakini bahwa jika mati kalian pasti memasukinya?.

Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berperang melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kembalilah wahai anak saudaraku, dan siapakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darah seorang lelaki sepertimu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun merasa benci menumphkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menantang Ali dengan emosi yang meluap. 

Maka Alipun menghadapinya dengan sebuah perisai lalu Amru menyabetkan pedang nya hingga menancap pada perisai tersebut dan melukai kepala Ali, kemudian Ali memukulkan pedangnya kepundak musuhnya sehingga musuhnya tersungkur hingga terdengarlah suara gaduh (para prajurit), Kemudian setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar suara takbir maka beliau mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya, lalu Ali melantunkan sebuah syair:

Dia membela batu-batuan (berhala) karena kebodohannya

Dan aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar

Jangan kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamanya

Begitu juga NabiNya, hai bala tentara yang akan berperang

Dan di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat benteng Khaibar sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Aku pasti akan memberikan pedang ini kepada seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan agama ini di tangannya, dia mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para shahabatpun melalui malam mereka dengan penuh tanda Tanya kepada siapakah panji Islam itu akan diberikan?. Pada saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan setiap mereka ingin jika bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. 

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab: Wahai Rasulullah dia sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali: Hendaklah ada orang yang pergi memberitahu kan agar dia datang‘. Maka diapun datang menghadap, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meludahi kedua matanya dan akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah terkena penyakit apapun, barulah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan bendera peperangan kepadanya, dan Ali bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

Wahai Rasullah apakah aku akan memerangi mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi mereka pada halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah disebabkan karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”.4

Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka raja mereka bernama Murhib keluar sambil memainkan pedangnya dengan menyenandungkan sebuah sya’ir :

Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib Senjata terhunus dan pahlawan yang berpengalaman Pada saat peperangan telah berkobar Lalu Ali berkata menjawabnya:

Aku telah diberi nama oleh ibuku nama Haidarah Seperti singa hutan yang berperawakan menyeramkan Aku akan menebas kalian secepat kilat dengan pedang ku

Murhib dan Ali saling berduel dengan kedua pedang mereka, dan tebasan pedang Ali lah yang mengakhiri hidup musuhnya, sehingga Allah memberikan kemenangan atas kaum muslimin.

Selain sebagai seorang pemberani beliau juga seorang ulama bagi para shahabat, seorang dari suku Arab yang cerdas, dan telah didatangkan kepada Umar seorang wanita kepada Umar dan telah melahirkan seorang anak yang telah berumur enam bulan lalu memerintahkan agar wanita tersebut direjam.

Maka Ali radhiyallahu 'anhu berkata kepada Umar: Wahai Amirul Mu’minin tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala:

Ali berkata: Masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya dalam masa dua tahun.

Maka Umarpun menggagalkan eksekusi rejam dan dia berkomentar: Sebuah perkara yang seandainya Abu Hasan tidak memberikan pendapat padanya maka niscaya aku binasa.

Di antara ungkapannya yang agung adalah (Kebaikan itu bukanlah jika harta dan anak-anakmu banyak, namun kebaikan yang sebenarnya adalah ilmumu bertambah banyak, sikap santunmu agung, engkau berlomba-lomba dengan orang lain dalam beribadah kepada Tuhanmu, jika kamu berlaku baik engkau memuji Allah dan jika berlaku buruk engkau meminta ampun kepada Allah).

Di antara perkataannya adalah, “ambillah lima perkara dariku janganlah seorang hamba mengharap kecuali kepada Tuahannya, tidak khawatir kecuali terhadap dosa-dosanya, janganlah orang yang tidak mengetahui merasa malu bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya, dan janganlah orang yang alim merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih mengetahui” jika dia ditanya tentang perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan sama seperti kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa kesabaran”.5

Imam Al-Dzahabi rahimahullah berkata: Menurut orang-orang rawafidh Ibnu Muljim di akherat kelak adalah orang yang paling sengsara, dan menurut pendapat ahlis sunnah dia termasuk salah seorang yang kita harapkan masuk neraka dan bisa jadi Allah mengampuninya, tidak seperti apa yang dikatakan oleh Khawarij dan Rawafidh, dia sama seperti pembunuh Utsman, Zubair, Thalhah, Sai’id bin Jubair, Ammar, Kharijah dan Al-Husain. Kita berlepas diri dari semua orang ini dan kita membencinya karena Allah, namun perkaranya tetap kita serahkan kepada Allah Azza Wa Jalla.8

Semoga Allah memberikan keridhaan kepada Ali, dan semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadanya, semoga Allah mengumpulkan kita dengannya di surganya yang mulia, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

1 Bagian dari hadits di dalam kitab shahih Muslim 4/ 1870 no: 2404
2 Shahih Muslim: 1/86 no: 78
3 Tarikhul Khulafa’: Halaaman: 132-133
4 Shahih Muslim: 4/1872 no: 2406
5 Tarikhul Khulafa’ halaman: 147
6 Tarikhul Khulafa’ halaman: 144
7 Al-Bidayah Wan Nihayah: 9/204
8 Tarikhul Islam halaman: 654


islamhouse.com


Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Blog Arulli Munadiyan 2013 | Template Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates.